Friday, February 20, 2015

Pendaki Gunung dan Pecinta Alam - [Gunung Penanggungan]

      Gunung merupakan salah satu tempat yang sangat mungkin untuk dikunjungi oleh orang-orang yang ingin menikmati keindahan alam. Selain banyak pohon yang tumbuh di sana hingga mampu menyediakan udara sejuk untuk dihirup, pemandangan di gunung juga sangat menyejukkan mata untuk dilihat. Tak heran jika banyak orang yang menghabiskan waktu liburannya untuk melakukan pendakian dan bermalam di gunung. Di Indonesia, banyak gunung yang menjadi objek wisata bagi para pendaki. Bahkan, di Pulau Jawa yang merupakan pulau dengan jumlah penduduk yang paling banyak di Indonesia masih memiliki banyak gunung yang masih asri untuk dinikmati. Sebut saja Gunung Arjuno, Gunung Semeru, Gunung Penanggungan, Gunung Wilis, dan masih banyak lainnya. Namun seiring berjalannya waktu, semakin banyak pula orang yang menjadi pendaki. Tujuan utama para pendaki ini tidak lain adalah untuk menikmati udara yang sejuk dan pemandangan alam yang indah. Dengan bertambahnya jumlah pendaki ini maka dapat kita lihat juga bahwa pengaruh buruk terhadap ekosistem pegunungan ini semakin tidak terkontrol. Mulai dari permasalahan sampah sampai pada rusaknya tumbuhan.
      Pecinta alam adalah hal yang sangat berbeda dengan pendaki. Perbedaan antara pecinta alam dan pendaki ini kemudian menjadi samar ketika saya mendengarkan cerita tentang Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) yang merupakan salah satu kegiatan ekstrakulikuler pada jenjang perkuliahan. Sangat aneh rasanya jika mendengar pelatihan yang ditujukan bagi mahasiswa pecinta alam ini. Ketika menjadi anggota baru, mereka akan dilatih bagaimana cara untuk mempertahankan hidup mereka di alam bebas, bahkan ada pelatihan khusus untuk mendaki gunung. Sungguh jauh dari bayangan saya tentang Mapala ini. Dalam pandangan mereka, mungkin “pecinta alam” yang dimaksud adalah suka menghabiskan waktu diluar rumah, menghabiskan waktu untuk menjelajahi alam bebas. Pecinta alam menurut pandangan saya seharusnya sesuai dengan makna harfiahnya. Pecinta alam adalah orang yang mencintai alam, dalam hal Mapala, ini juga seharusnya berarti kumpulan mahasiswa yang mencintai alam. Kebanyakan kegiatan dari Mapala ini juga malah kebanyakan dihabiskan untuk mendaki gunung, camping, dan lain-lain yang pada dasarnya menjelajahi alam. Ketika saya duduk di bangku SMP, saya sempat berpikir bahwa Mapala ini akan cenderung menjadi organisasi mahasiswa yang selalu peduli dengan apa yang terjadi dengan alam, melakukan kampanye tentang lingkungan. Namun, kenyataan yang saya lihat saat ini sungguh sangat berbeda dengan apa yang saya bayangkan. Setelah melihat keadaan saat ini, saya lebih cenderung untuk menyimpulkan bahwa mahasiswa yang tergabung dengan Mapala ini adalah mahasiswa yang suka tantangan dan suka menjelajahi alam, bukan mahasiswa yang cinta alam. Materi yang disuguhkan dalam Mapala ini juga akan lebih cocok ditujukan kepada pendaki gunung, bukan pecinta alam.
      Perlu digaris-bawahi bahwa tujuan utama para pendaki ini adalah untuk menikmati keindahan alam. Bukan berarti bahwa mereka adalah orang yang peduli pada lingkungan (alam). Para pendaki akan mendapatkan apa yang menjadi tujuannya mendaki gunung ketika mereka sampai di gunung itu. Namun, apa yang ditinggalkan pada gunung ini juga sudah pasti akan menjadi pengaruh bagi gunung itu sendiri. Para pendaki ini sudah pasti mempersiapkan pendakiannya. Hal yang paling utama untuk dipersiapkan sudah pasti adalah perlengkapan untuk beristirahat serta bahan makanan. Contoh sederhana tentang apa yang ditinggalkan oleh para pendaki ini adalah ketika memasang tenda. Perlu tanah yang datar untuk mendirikan tenda, dan jika ada tumbuhan rerumputan maka akan dipangkas, bahkan jika tidak dipangkas maka akan ditindih oleh tenda yang nantinya juga akan diisi oleh pendaki. Pada keadaan seperti ini, mungkin tidak akan memberikan pengaruh buruk yang fatal jika hal itu berlangsung dalam jangka waktu yang singkat dan jumlah pendaki yang sedikit. Namun, apa jadinya jika jumlah pendaki banyak dan waktu yang dihabiskan lebih banyak? Semakin lama waktu yang dihabiskan, maka semakin banyak pula asupan makanan yang dibutuhkan oleh pendaki. Mayoritas pendaki akan memilih makanan instan yang lebih tahan lama dan mudah diolah untuk dimakan ketika melakukan pendakian. Otomatis akan menghasilkan sampah yang sebanding dengan bahan makanan yang digunakan. Sebagian pendaki akan mengumpulkan sampah tersebut sampai akhirnya dibuang pada tempatnya ketika turun gunung nantinya. Namun, sebagian lagi akan membuang sampah tersebut dimanapun mereka inginkan di gunung tersebut.
      Salah satu contoh nyata yang saya lihat adalah ketika melakukan pendakian di Gunung Penanggungan. Dari jauh akan terlihat hijau dan enak dipandang mata. Namun, ketika pendakian mulai dilakukan, di sepanjang perjalanan saya melihat banyak sampah yang didominasi oleh sampah plastik dalam jumlah yang tidak sedikit. Rumput yang mulai tertidur dan mengering karena digunakan pendaki sebelumnya untuk melewati rerumputan itu. Hal inilah yang kemudian membuat saya berpikir tentang siapa sebenarnya pendaki ini. Apakah mereka benar-benar orang yang peduli pada alam, ataukah hanya orang-orang yang mencari kesenangan semata?
     Dalam perjalanan menuju puncak gunung penanggungan ini, saya berhenti sejenak dan menikmati keindahan pemandangannya. Sungguh luar biasa, bisa menikmati keindahan alam dan menghirup udara yang sejuk tanpa ada asap dari kendaraan bermotor.
Pemandangan dari Gunung Penanggungan
    Namun, ketika sampai di puncak gunung ini saya malah prihatin atas apa yang dialami oleh gunung ini. Ada sebuah goa kecil pada puncak gunung ini. Didalamnya malah diisi oleh berbagai macam sampah plastik yang jumlahnya sangat banyak. Sudah pasti dengan jumlah yang seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh satu orang saja. Ada sampah yang sudah pudar warnanya dan ada juga yang masih terlihat baru, hal ini memastikan bahwa ada orang yang sudah membuang sampah tersebut dalam waktu yang lama dan ada juga yang membuang sampah di tempat itu dalam selang waktu yang belum lama. Ini merupakan bukti lainnya bahwa seorang pendaki belum tentu merupakan orang yang mencintai alam.

Goa kecil di puncak Gunung Penanggungan

Goa kecil di puncak Gunung Penanggungan (dilihat dari jarak dekat)
      Satu hal yang kemudian muncul dalam pemikiran saya adalah tentang upacara kemerdekaan NKRI yang diperingati setiap 17 Agustus. Banyak pendaki yang melakukan upacara memperingati hari kemerdekaan di atas gunung. Sudah dapat dipastikan bahwa jumlah dari pendaki yang mengikuti acara ini tidak sedikit. Bisa anda bayangkan sendiri bagaimana dampak yang dihasilkan dari tindakan ini.

No comments:

Post a Comment