Bagi tiap insan yang
sedang dalam hubungan asmara, apalagi dalam sudut pandang lelaki, mengetahui
masa lalu dari pasangannya adalah hal yang sangat penting. Sebenarnya saya gak
terlalu yakin dengan pernyataan ini, tapi untuk sementara kita anggap aja ini benar.
Kalau gak setuju ya anggap aja ini salah, bodo amat. Lagian masih mending
dianggap salah daripada gak dianggap sama sekali. Sakitnya tuh di sinu
(catatan: sinu adalah gabungan antara sini dan situ). Nyoh..,, Mungkin, bagi sebagian orang dengan
masa lalu yang agak kelam atau sangat kelam bakal milih untuk menyimpan masa
lalunya bahkan mengubur dalam-dalam kenangan tersebut tanpa harus diketahui
oleh orang lain. Siapa tau ada orang yang masa lalunya adalah agen CIA atau
FBI, trus kalau masa lalunya diketahui malah akan membahayakan negara dan
tetangga sebelah rumah. Namun, satu hal yang harus kita lihat di sini adalah
hubungan asmara seperti apa yang sedang kita bangun? apakah sekedar pacaran
saja? atau serius sampai ke jenjang pernikahan?
Kalo hubungan yang kita
bangun adalah "pacaran saja" berarti gak bakalan ada masalah. Bahkan
lebih baik disimpan sendiri untuk mencegah jangan sampai kita menceritakannya
pada orang yang salah. Bisa-bisa jadi trending topic orang sekampung selama 1
dekade. Tapi, kalo hubungan yang sedang kita bangun itu adalah hubungan yang
serius dengan tujuan sampai pada jenjang pernikahan maka sudah pasti segala
sesuatu di masa lalu kita harus kita bagi bersama pasangan kita. Kalo gak
dibagi kan kasian dia, gak kebagian. Tentu saja berbagi tentang masa lalu
merupakan hal yang sangat sulit. Apalagi kalo masih ragu sama pasangannya. Yang
sebaiknya menjadi bahan pertimbangan kita adalah apakah kita ingin memiliki
pasangan yang benar-benar menerima kita apa adanya ataukah pasangan yang tidak
mampu menerima kita jika tahu bagaimana masa lalu kita? Gak masalah kalo kita
ingin menyimpan cerita masa lalu kita dan hidup dalam kebohongan bersama dengan
pasangan kita. Tapi sebaiknya jangan, soalnya kata guru SD saya bohong itu dosa
lho, ntar masuk neraka. Gak enak kalo masuk neraka, gak bisa internetan. Ketika
kita mendapatkan seseorang yang kita inginkan untuk menjadi pendamping kita
hingga tutup usia, maka kita seharusnya mampu untuk terbuka, berterus terang
tanpa ada hal yang harus disembunyikan. Kalau gak terbuka kan gak enak, gak
bisa ngapa-ngapain.
Banyak orang di sekitar
saya yang juga gak setuju dengan pendapat saya. Bagi mereka, masa lalu adalah
hal yang gak perlu diceritakan untuk pasangan meskipun itu dalam hubungan suami
istri. Apalagi yang doyan selingkuh, kalo masa lalunya diceritain ntar malah
gak dapat jatah seumur hidup. Kasihan....,, Tapi, ada juga beberapa orang yang
setuju dengan pendapat saya. Alasan yang mereka katakan hanya satu, “apapun
yang menjadi masa lalu kita, entah keburukan atau kebaikan, akan ditanggung
akibatnya bukan hanya oleh kita sendiri, namun juga orang yang dekat dengan
kita”. Yang sudah pasti akan langsung merasakan akibatnya adalah pasangan kita,
entah suami atau istri. Oleh karena itu, masa lalu merupakan bagian yang gak
bakalan terlepas dari pelakunya. Meskipun anda jago kungfu atau ninjutsu juga
gak bakalan ada jurus yang bisa melepaskan masa lalu. Kalo gak percaya coba aja
tanya sama tembok, pasti gak bakal dijawab. Kita para pelaku tindakan di masa
lalu pasti akan selalu memiliki pilihan untuk berbagi tentang masa lalu atau
gak. Kadang kita juga bakal merasa ragu untuk berbagi tentang masa lalu. Banyak
pertimbangan yang menjadikan kita merasa berbeda dan terlalu “kotor” di masa
lalu. Kotor dalam arti yang berbeda sama gak mandi lho ya. Memang benar kalo
gak mandi itu juga bisa berarti kotor, tapi bukan itu yang saya maksud. Tapi
kalo emang anda jarang mandi, santai aja lah. Saya juga sering gak mandi kok.
Anda gak sendirian di bumi ini. Yang penting itu cuci muka & gosok gigi,
jangan lupa pake deodorant biar bau gak enaknya agak pudar dikit. Lagian itu
kan namanya jorok, beda sama kotor.
Oke.., sekarang kita kembali ke pembahasan yang serius. Rasa ragu ini bagi kebanyakan orang gak mampu diatasi hingga pada akhirnya keputusan yang diambil adalah diam saja dan menyimpan masa lalu untuk dirinya sendiri. Kelihatan banget nih orang pelitnya minta ampun.
Oke.., sekarang kita kembali ke pembahasan yang serius. Rasa ragu ini bagi kebanyakan orang gak mampu diatasi hingga pada akhirnya keputusan yang diambil adalah diam saja dan menyimpan masa lalu untuk dirinya sendiri. Kelihatan banget nih orang pelitnya minta ampun.
Ide awal dari tulisan
ini adalah cerita tentang pengalaman pribadi teman saya yang gak mau disebutin
namanya di sini. Jadi, biar lebih gampang maka kita sebut saja dia
"Kubis". Nah, mas Kubis ini bercerita tentang bagaimana sulitnya
melawan rasa ragu untuk saling terbuka dengan pasangannya.
Sebentar...!!!
Saya potong sebentar
cerita ini. Gak adil rasanya kalo pasangan dari mas Kubis ini gak dikasih nama
juga. Biar adil, kita sebut saja "Daun Bawang". Untuk memperjelas,
Kubis ini adalah cowok dan Daun Bawang sebagai pasangannya adalah cewek. Jadi,
kalo kisah mereka dijadiin novel ntar judulnya "Romansa Mas Kubis dan Mbak
Daun Bawang".
Awalnya, Kubis juga
sulit untuk mengatasi rasa ragu ini. Tapi, setelah ke klinik "tong
fing" (plesetan dari klinik tong fang biar gak diprotes di kemudian hari),
ternyata hasilnya sama saja. (Bagian tentang klinik tong fing ini anggap aja
udah saya hapus, soalnya gak nyambungnya kelewatan). Oke, kita kembali ke
cerita tentang Kubis yang sulit mengatasi rasa ragu. Bahkan berkali-kali
pembicaraan yang mengarah ke masa lalu ini rasanya terlalu seram bagi mas
Kubis. Tapi, kesadaran untuk saling menerima satu sama lain pada akhirnya
membuat mas Kubis kembali berpikir tentang hubungan seperti apa yang ingin dia
jalani. Hal ini kemudian pada awalnya memaksanya untuk mulai bercerita sedikit
demi sedikit tentang masa lalunya kepada Daun Bawang. Akhirnya, tidak ada lagi
rasa ragu yang menghalanginya untuk terbuka tentang masa lalunya kepada Daun
Bawang. Tanpa dia sadari, hal ini menjadi pemicu bagi mas Kubis untuk selalu
jujur kepada Daun Bawang. Kejujuran kepada pasangan ini membuat hubungan mereka
lebih terbuka satu sama lain sehingga mulai menerima satu sama lain secara
utuh. Cara seperti ini kemudian membuat hubungan mereka berbeda dengan yang
sebelumnya, ketulusan menjadi landasan utama bagi mereka untuk bisa saling
memberi dan menerima satu sama lain.
Lega rasanya jika kita
mampu menjalani sebuah hubungan dengan tulus. Segala yang kita takuti dari
pasangan dan semua rasa ragu terhadap pasangan perlahan mulai menghilang.
Rasanya seperti membina hubungan asmara dengan sahabat terbaik yang sudah
mengerti tentang diri kita. Apapun yang kita lakukan bisa diterima dengan tulus
oleh pasangan kita. Jadi, intinya adalah jika kita ingin berbagi tentang masa
lalu kita maka yang harus menjadi pertimbangan utama adalah hubungan seperti
apa yang kita inginkan untuk dijalani.
That’s it…!!!
No comments:
Post a Comment