Wednesday, February 18, 2015

Masa Lalu

     Bagi tiap insan yang sedang dalam hubungan asmara, apalagi dalam sudut pandang lelaki, mengetahui masa lalu dari pasangannya adalah hal yang sangat penting. Sebenarnya saya gak terlalu yakin dengan pernyataan ini, tapi untuk sementara kita anggap aja ini benar. Kalau gak setuju ya anggap aja ini salah, bodo amat. Lagian masih mending dianggap salah daripada gak dianggap sama sekali. Sakitnya tuh di sinu (catatan: sinu adalah gabungan antara sini dan situ). Nyoh..,, Mungkin, bagi sebagian orang dengan masa lalu yang agak kelam atau sangat kelam bakal milih untuk menyimpan masa lalunya bahkan mengubur dalam-dalam kenangan tersebut tanpa harus diketahui oleh orang lain. Siapa tau ada orang yang masa lalunya adalah agen CIA atau FBI, trus kalau masa lalunya diketahui malah akan membahayakan negara dan tetangga sebelah rumah. Namun, satu hal yang harus kita lihat di sini adalah hubungan asmara seperti apa yang sedang kita bangun? apakah sekedar pacaran saja? atau serius sampai ke jenjang pernikahan?
     Kalo hubungan yang kita bangun adalah "pacaran saja" berarti gak bakalan ada masalah. Bahkan lebih baik disimpan sendiri untuk mencegah jangan sampai kita menceritakannya pada orang yang salah. Bisa-bisa jadi trending topic orang sekampung selama 1 dekade. Tapi, kalo hubungan yang sedang kita bangun itu adalah hubungan yang serius dengan tujuan sampai pada jenjang pernikahan maka sudah pasti segala sesuatu di masa lalu kita harus kita bagi bersama pasangan kita. Kalo gak dibagi kan kasian dia, gak kebagian. Tentu saja berbagi tentang masa lalu merupakan hal yang sangat sulit. Apalagi kalo masih ragu sama pasangannya. Yang sebaiknya menjadi bahan pertimbangan kita adalah apakah kita ingin memiliki pasangan yang benar-benar menerima kita apa adanya ataukah pasangan yang tidak mampu menerima kita jika tahu bagaimana masa lalu kita? Gak masalah kalo kita ingin menyimpan cerita masa lalu kita dan hidup dalam kebohongan bersama dengan pasangan kita. Tapi sebaiknya jangan, soalnya kata guru SD saya bohong itu dosa lho, ntar masuk neraka. Gak enak kalo masuk neraka, gak bisa internetan. Ketika kita mendapatkan seseorang yang kita inginkan untuk menjadi pendamping kita hingga tutup usia, maka kita seharusnya mampu untuk terbuka, berterus terang tanpa ada hal yang harus disembunyikan. Kalau gak terbuka kan gak enak, gak bisa ngapa-ngapain.

     Banyak orang di sekitar saya yang juga gak setuju dengan pendapat saya. Bagi mereka, masa lalu adalah hal yang gak perlu diceritakan untuk pasangan meskipun itu dalam hubungan suami istri. Apalagi yang doyan selingkuh, kalo masa lalunya diceritain ntar malah gak dapat jatah seumur hidup. Kasihan....,, Tapi, ada juga beberapa orang yang setuju dengan pendapat saya. Alasan yang mereka katakan hanya satu, “apapun yang menjadi masa lalu kita, entah keburukan atau kebaikan, akan ditanggung akibatnya bukan hanya oleh kita sendiri, namun juga orang yang dekat dengan kita”. Yang sudah pasti akan langsung merasakan akibatnya adalah pasangan kita, entah suami atau istri. Oleh karena itu, masa lalu merupakan bagian yang gak bakalan terlepas dari pelakunya. Meskipun anda jago kungfu atau ninjutsu juga gak bakalan ada jurus yang bisa melepaskan masa lalu. Kalo gak percaya coba aja tanya sama tembok, pasti gak bakal dijawab. Kita para pelaku tindakan di masa lalu pasti akan selalu memiliki pilihan untuk berbagi tentang masa lalu atau gak. Kadang kita juga bakal merasa ragu untuk berbagi tentang masa lalu. Banyak pertimbangan yang menjadikan kita merasa berbeda dan terlalu “kotor” di masa lalu. Kotor dalam arti yang berbeda sama gak mandi lho ya. Memang benar kalo gak mandi itu juga bisa berarti kotor, tapi bukan itu yang saya maksud. Tapi kalo emang anda jarang mandi, santai aja lah. Saya juga sering gak mandi kok. Anda gak sendirian di bumi ini. Yang penting itu cuci muka & gosok gigi, jangan lupa pake deodorant biar bau gak enaknya agak pudar dikit. Lagian itu kan namanya jorok, beda sama kotor.
    Oke.., sekarang kita kembali ke pembahasan yang serius. Rasa ragu ini bagi kebanyakan orang gak mampu diatasi hingga pada akhirnya keputusan yang diambil adalah diam saja dan menyimpan masa lalu untuk dirinya sendiri. Kelihatan banget nih orang pelitnya minta ampun.
   Ide awal dari tulisan ini adalah cerita tentang pengalaman pribadi teman saya yang gak mau disebutin namanya di sini. Jadi, biar lebih gampang maka kita sebut saja dia "Kubis". Nah, mas Kubis ini bercerita tentang bagaimana sulitnya melawan rasa ragu untuk saling terbuka dengan pasangannya.
    Sebentar...!!!
    Saya potong sebentar cerita ini. Gak adil rasanya kalo pasangan dari mas Kubis ini gak dikasih nama juga. Biar adil, kita sebut saja "Daun Bawang". Untuk memperjelas, Kubis ini adalah cowok dan Daun Bawang sebagai pasangannya adalah cewek. Jadi, kalo kisah mereka dijadiin novel ntar judulnya "Romansa Mas Kubis dan Mbak Daun Bawang".
    Awalnya, Kubis juga sulit untuk mengatasi rasa ragu ini. Tapi, setelah ke klinik "tong fing" (plesetan dari klinik tong fang biar gak diprotes di kemudian hari), ternyata hasilnya sama saja. (Bagian tentang klinik tong fing ini anggap aja udah saya hapus, soalnya gak nyambungnya kelewatan). Oke, kita kembali ke cerita tentang Kubis yang sulit mengatasi rasa ragu. Bahkan berkali-kali pembicaraan yang mengarah ke masa lalu ini rasanya terlalu seram bagi mas Kubis. Tapi, kesadaran untuk saling menerima satu sama lain pada akhirnya membuat mas Kubis kembali berpikir tentang hubungan seperti apa yang ingin dia jalani. Hal ini kemudian pada awalnya memaksanya untuk mulai bercerita sedikit demi sedikit tentang masa lalunya kepada Daun Bawang. Akhirnya, tidak ada lagi rasa ragu yang menghalanginya untuk terbuka tentang masa lalunya kepada Daun Bawang. Tanpa dia sadari, hal ini menjadi pemicu bagi mas Kubis untuk selalu jujur kepada Daun Bawang. Kejujuran kepada pasangan ini membuat hubungan mereka lebih terbuka satu sama lain sehingga mulai menerima satu sama lain secara utuh. Cara seperti ini kemudian membuat hubungan mereka berbeda dengan yang sebelumnya, ketulusan menjadi landasan utama bagi mereka untuk bisa saling memberi dan menerima satu sama lain.
     Lega rasanya jika kita mampu menjalani sebuah hubungan dengan tulus. Segala yang kita takuti dari pasangan dan semua rasa ragu terhadap pasangan perlahan mulai menghilang. Rasanya seperti membina hubungan asmara dengan sahabat terbaik yang sudah mengerti tentang diri kita. Apapun yang kita lakukan bisa diterima dengan tulus oleh pasangan kita. Jadi, intinya adalah jika kita ingin berbagi tentang masa lalu kita maka yang harus menjadi pertimbangan utama adalah hubungan seperti apa yang kita inginkan untuk dijalani.
That’s it…!!!

No comments:

Post a Comment