Pada
postingan sebelumnya telah dibahas tentang peranan kota dengan Jakarta sebagai
contoh kota yang memiliki lebih dari satu peranan dalam Negara. Postingan kali
ini akan membahas ciri kehidupan kota dengan penjelasan secara detail. Adapun beberapa ciri kehidupan
kota yang meliputi kegiatan adalah:
1. Adanya perbedaan tingkat sosial
ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, dan jenis
pekerjaan.
Tingkat
sosial ekonomi individu yang satu dengan individu yang lain sudah jelas akan
berbeda jika jenis pekerjaannya berbeda. Contoh nyata adalah gaji
seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan kuli bangunan sudah pasti berbeda.
Pandangan
umum terkait dengan hubungan antara tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan
adalah orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki jenis
pekerjaan yang lebih baik daripada orang dengan tingkat pendidikan yang rendah.
Penjelasan singkatnya, seorang lulusan SMP atau SD tidak mungkin menjadi kepala
dinas sebuah kantor pemerintahan atau dosen pada sebuah Universitas. Namun,
kondisi seperti ini tidak akan berpengaruh pada industri kreatif seperti pada
bidang seni ataupun dunia perdagangan. Singkatnya, seorang pemain musik atau
artis tidak harus seorang lulusan perguruan tinggi karena tingkat kreatifitan
dan kemampuan pada bidangnya yang menentukan keberhasilannya. Tingkat
keberhasilan inilah yang kemudian menjadi penentu tingkat sosial ekonominya.
Salah
satu catatan penting yang harus diingat adalah tidak ada yang tidak mungkin di
dunia ini. Selama kita mencoba, maka akan ada jalan yang terbuka bagi kita.
2. Adanya profesi yang beragam, yang
tentunya berdasarkan keahlian masing-masing diantaranya seperti buruh pabrik,
pegawai negeri sipil, karyawan swasta, penulis, motivator, dan lain-lain.
Ciri
kedua ini adalah hal yang menunjukkan perbedaan yang sangat jelas antara desa
dan kota. Di desa, jenis pekerjaan yang ada tidak akan variatif seperti yang
ditawarkan di kota. Hal ini juga menjadi daya tarik bagi masyarakat yang
tinggal di desa untuk pindah ke kota. Kita biasa mengenalnya dengan istilah
“merantau”. Keragaman profesi yang tersedia di kota secara otomatis akan
menyediakan banyak kesempatan kerja bagi orang-orang yang memiliki mimpi untuk
bisa sukses.
3. Adanya jarak sosial dan kurangnya
toleransi sosial diantara warganya.
Jarak
sosial yang dimaksud pada poin ini adalah kesenjangan taraf hidup yang terjadi
pada masyarakat perkotaan. Budaya gotong royong yang dimiliki bangsa Indonesia
akan lebih mudah ditemui di desa daripada di kota. Bukan berarti tidak ada
budaya gotong royong di kota, hanya saja jarang ditemui. Banyak orang yang
berkata “kehidupan di kota sangat keras”. Maksudnya adalah kota menjadi tempat
dimana orang cenderung bersaing antara yang satu dengan yang lain dalam segala
bidang kehidupan sehingga masyarakat kota akan lebih mementingkan dirinya
sendiri tanpa harus peduli dengan orang lain disekitarnya. Kebanyakan
masyarakat yang tinggal di kota akan lebih mementingkan untung-rugi daripada
harus berguna bagi orang lain dalam melakukan suatu hal.
Hal
inilah yang menjadikan tiap individu yang ada di tinggal di kota kurang
memiliki toleransi sosial antar sesama dan cenderung egois, mementingkan diri
sendiri.
4. Adanya keragaman suku yang mendiami
sebuah kota, semuanya berkumpul untuk mencapai tujuan yang beragam, seperti
bekerja, sekolah, mencari penghidupan baru, dan beragam tujuan lainnya.
Indonesia
adalah Negara yang memiliki beragam suku seperti Bugis, Batak, Dani, Dayak, dan
lain sebagainya. Kota memiliki daya tarik bagi beragam suku di Indonesia itu
sendiri. Kota besar di Indonesia seperti Jakarta atau Surabaya memiliki
penduduk yang lebih banyak dan lebih beragam dibandingkan di desa. Tiap orang
dari berbagai suku yang datang di kota ini dengan tujuan yang berbeda-beda
juga. Ada yang datang ke kota dengan tujuan dan alasan yang beragam. Ada yang
datang ke kota dengan tujuan untuk sekolah, dengan alasan bahwa kualitas
pendidikan yang ditawarkan di kota lebih baik daripada yang ada di desa. Ada
juga yang datang dengan tujuan bekerja, dengan alasan bahwa lapangan pekerjaan
yang ada di kota lebih banyak daripada di desa. Berbagai macam orang datang dan
mendiami sebuah kota memiliki tujuan dan alasan yang juga berbeda-beda. Hal ini
menyebabkan masyarakat kota terdiri dari berbagai macam suku yang lebih beragam
daripada masyarakat desa.
5. Adanya penilaian yang berbeda-beda
terhadap suatu masalah dengan pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi, dan
kondisi kehidupan.
Masyarakat
kota adalah masyarakat dengan pemikiran yang lebih logis. Pertimbangan dalam
mengambil sebuah keputusan didasarkan pada penting atau tidak, untung atau
rugi. Situasi dan kondisi kehidupan merupakan pertimbangan utama dalam menilai
suatu masalah. Masalah yang tidak berpengaruh pada kehidupannya tidak akan
ditanggapi dengan serius.
Pada
poin sebelumnya telah dijelaskan bahwa masyarakat kota memiliki tujuan dan
alasan yang beragam. Hal ini menjadikan keputusan tiap individu dalam menilai
sebuah masalah akan dilihat berdasarkan kepentingannya masing-masing. Ini
adalah salah satu tindakan yang mencerminkan segoisme kehidupan masyarakat
kota.
6. Adanya persaingan yang tinggi,
diakibatkan dari pola urbanisasi penduduk dari desa ke kota untuk meningkatkan
taraf hidup sehingga persaingan di kota semakin tinggi serta untuk memenangkan
persaingan tersebut menggunakan segala macam cara.
Pada
poin ke-3 sudah saya jelaskan bahwa banyak orang yang berkata bahwa “kehidupan
di kota itu sangat keras”. Poin ke-6 ini menjelaskan lebih detail tentang poin
ke-3. Upaya tiap individu untuk meningkatkan taraf hidupnya masing-masing
membuat mereka harus bersaing dengan individu yang lainnya agar mendapatkan
jaminan keberhasilan atas apa yang dilakukannya.
7. Warga kota umumnya sangat
menghargai waktu.
Pemikiran
yang logis dari warga kota menjadikan mereka sebagai individu yang tidak akan
membuang waktu mereka untuk melakukan hal yang tidak penting. Mereka menjadi
orang yang disiplin dalam bertindak. Tiap tindakan yang diambil akan menjadi
upaya terkait dengan peningkatan taraf hidupnya. Itulah yang menyebabkan warga
kota pada umumnya sangat menghargai waktu. Ada ungkapan lama yang mengatakan “time is money” (waktu adalah uang). Ini
mungkin ungkapan yang cocok menggambarkan kehidupan warga kota yang bertindak
berdasarkan tindakan yang logis.
8. Cara berpikir dan bertindak warga
kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomi.
Pada
poin-poin yang sebelumnya telah dijelaskan bahwa warga kota memiliki pemikiran
yang logis. Rasionalitas yang didasarkan pada peningkatan taraf hidup ini
menjadikan warga kota menggunakan prinsip ekonomi dalam berpikir dan bertindak.
Uang memang bukanlah segalanya, namun kehidupan kota yang keras akan menuntut
warganya untuk berpikir tentang pemenuhan kebutuhannya yang didasarkan pada
kepentingan. Individu yang logis di kota memilki pandangan bahwa manusia tidak
bisa memenuhi kebutuhannya jika tidak memiliki uang. Ini adalah pemikiran yang
wajar mengingat segala pergerakan di kota memiliki tariff. Salah satu contohnya
adalah untuk buang hajat saja ada tarifnya, ada tarif yang dikenakan pada wc
atau toilet umum.
9. Masyarakat kota lebih mudah
menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial disebabkan adanya keterbukaan
terhadap pengaruh luar.
Keberagaman
suku yang ada dalam masyarakat kota menyebabkan budaya kota menjadi heterogen.
Dengan keberagaman suku ini menyebabkan kehidupan kota lebih fleksibel. Artinya
bahwa kehidupan masyarakat kota tidak terikat pada satu budaya saja sehingga
masyarakat kota dapat menerima pengaruh luar. Hanya pemikiran logis yang
digunakan untuk menyaring pengaruh luar ini hingga kemudian dapat diputuskan
yang mana yang bisa diikuti dan yang mana yang tidak layak untuk diikuti.
10. Pada umumnya masyarakat kota lebih
bersifat individu sedangkan sifat solidaritas dan gotong-royong sudah mulai
tidak terasa lagi.
Penjelasan
untuk poin ke-10 ini sudah cukup terjelaskan pada poin ke-3. Budaya gotong
royong yang kental terasa di desa akan sangat jarang ditemukan di kota. Persaingan
dalam meningkatkan taraf hidup menyebabkan kehidupan masyarakat lebih bersifat
individu dan cenderung tidak peduli dengan individu yang lain.
No comments:
Post a Comment