Monday, August 3, 2015

Penataan Kawasan Industri Berbasis Ekologi Lingkungan Part.IV – [Simbiosis Industri]

   Kegiatan industri merupakan kegiatan yang pada dasarnya memiliki tujuan murni untuk menyediakan kebutuhan manusia. Jadi, akan lebih baik jika penataan suatu kawasan industri diikuti dengan penyelarasan lingkungan sekitarnya agar keberlangsungan kawasan ini terjaga secara menyeluruh. Postingan kali ini secara khusus akan membahas tentang simbiosis industri.
   Pada postingan Penataan Kawasan Industri Berbasis Ekologi Lingkungan Part.III - [Ekologi Industri], sudah saya sampaikan bahwa simbiosis mutualisme (hubungan yang saling menguntungkan) industri difokuskan pada aliran-aliran jaringan bisnis dengan organisasi lainnya baik dalam peta ekonomi lokal maupun regional sebagai suatu pendekatan ekologi dari pembangunan industri yang berkelanjutan. Simbiosis industri secara tradisional memisahkan antara industri dalam pendekatan secara kolektif dengan keuntungan kompetitif yang melibatkan pertukaran material, energi, air dan/atau antar produk. Simbiosis industri terdiri dari pertukaran antar entitas yang berbeda yang menghasilkan keuntungan kolektif yang lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan tunggal. Kolaborasi ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social capital) yang berpartisipasi. Simbiosis itu sendiri tidak harus berada di dalam batasan kompleks kawasan industri, sebaliknya menggambarkan semua organisasi yang terlibat dalam pertukaran. Kunci dari simbiosis industri adalah kolaborasi dan semua kemungkinan sinergis yang dimungkinkan dalam suatu areal kawasan industri.
    Penataan kawasan industri mulai dikembangkan pada simbiosis industri dan kawasan eko-industri, sejumlah kawasan eko-industri lain yang mungkin terbentuk secara lebih luas, yang merupakan pembangunan hijau (green development). Termasuk didalamnya pemukiman, perniagaan, dan pembangunan komunitas yang ditangkap dalam terminologi seperti arsitektur berkelanjutan, bangunan hijau, komunitas berkelanjutan dan pertumbuhan cerdas (smart growth). Pembangunan eko-industri atau pembangunan industri yang berkelanjutan mempersempit kemungkinan dominasi industri dan aktifitas komersial; tetapi meningkatkan pertanian. Kerjasama bisnis yang melibatkan pertukaran material/ bahan/ air/ energi atau component sharing untuk meningkatkan kualitas kegiatan sebagai simbiosis industri. Terdapat 3 peluang utama untuk saling-tukar sumber daya, yaitu:
  1. Penggunaan ulang produk – pertukaran material khusus perusahaan antara dua atau lebih perusahaan / kelompok untuk digunakan sebagai substitusi untuk produk komersil atau bahan baku.
  2. Penggunaan bersama (sharing) utilitas/infrastruktur – penggunaan tempat mencuci alat2 dan pengelolaan sumber daya yang umum seperti energi, air dan limbah cair.
  3. Penggabungan pengadaan jasa / service – menghasilkan kebutuhan umum perusahaan untuk aktifitas yang lebih kecil misalnya transportasi, supply makanan dan pencegahan kebakaran.

   Pemahaman tentang jaringan eko-industri bisa menjadi luas sebagai daerah lingkungan dan aktifitas ekonomi diantara kegiatan bisnis. Hanya sebagai kluster ekonomi yang berupa kelompok dalam sektor bisnis yang sama yang berhubungan dengan produk yang dihasilkan dan digunakan misalnya kelompok bisnis furniture atau yang biasa disebut juga dengan eco-industrial cluster adakalanya digunakan untuk menggambarkan interaksi antara perusahaan dalam industri yang sejenis. Meskipun pertukaran material dan energi telah secara signifikan telah menjadi bagian dari aktifitas industri selama berabad-abad, tetapi fokus pada atribut lingkungan masih merupakan hal yang baru.
   Dalam artikelnya mengenai ekologi industri, Frosch dan Gallopoulos (1989) memberikan gambaran ‘ekosistem industri’ dimana ‘konsumsi energi dan material dioptimalkan dan hasil dari suatu proses dapat merupakan bahan baku bagi proses lain”
   Sebagian orang memandang dari sisi metafora ekosistem, yang memandang aktifitas industri sebagai jejaring makanan (food web) dan menginterpretasikan peranan dari beragam penggalan dan bisnis refabrikasi sebagai komponen pengguna / pihak yang memanfaatkan scavengers dan decomposers dari sistem. Salah satu pendekatan untuk menghasilkan tingkat yang lebih tinggi mengenai efisiensi penggunaan bahan baku dan sumber energi adalah dengan menyertakan konsep ekologi pada dunia industri. Ekologi industri merujuk kepada pertukaran / saling bertukar antara sektor industri dimana pembuangan dari satu industri menjadi sumber bahan baku dari industri lainnya. Sebagai contoh:
  1. Uap panas yang dihasilkan dari pembangkit tenaga listrik dapat digunakan sebagai sumber panas untuk pabrik bahan kimia disekitarnya.
  2. Debu terbang dari pembakaran batu bara pada stasiun pembangkit dapat digunakan sebagai bahan untuk industri semen.

   Selain dua contoh tersebut, masih banyak contoh lain yang dapat anda temukan sendiri jika menggunakan analisis yang berdasar pada ekosistem industri. Ekologi industri melibatkan antara lain analisis siklus, lingkaran suatu proses, pemanfaatan kembali (re-using) dan daur ulang (re-cycling), rancangan untuk lingkungan dan pertukaran / saling menukar ‘sisa’ atau ‘limbah’ (waste exchange). Sedangkan teknologi dan proses yang memaksimumkan efisiensi ekonomi dan lingkungan merupakan eco-efisien. Pada eco-industri berlaku empat ciri yang analog dengan ciri dalam ekosistem, yaitu adanya siklus material, keragaman, kawasan, serta perubahan secara perlahan-lahan.

No comments:

Post a Comment