Seringkali kita menjumpai orang yang kelihatan intelek dan jenius dari cara dia
berbicara. Jangan salah mengerti dulu, ada juga orang yang menggunakan
istilah-istilah sukar dalam berbicara seolah-olah dia mengerti, tapi dia
sendiri sebenarnya gak ngerti apa yang dibicarakannya. Kita sendiri bisa liat
contoh kasus beberapa waktu lalu tentang Viky Prasetionjok aja sekalian, yang
menggunakan istilah-istilah sukar dan bahasa inggris yang super amburadul untuk
menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang intelek. Selang beberapa waktu
videonya ditayangkan di stasiun tv, akhirnya terbukti bahwa beliau ini
sebenarnya adalah seorang penipu.
Gimana gak terbongkar kedoknya coba, kata “statusisasi” lah, “labil ekonomi”
lah, dan lain sebagainya beliau ucapkan secara sukarela tanpa peduli tanggapan
orang lain. Kasihan sendiri kan akhirnya masuk penjara. Sebenarnya masuk
penjara itu kan kalo udah keluar berarti udah selesai hukumannya, bisa dibilang
lega juga sih. Tapi, “malu”-nya itu lho, pasti seumur hidup. Tapi gak tau juga
sih kalo beliau itu termasuk orang yang gak tau malu. Kalo saya sendiri sih
sebenarnya termasuk orang yang agak gak tau malu, jadi anggap aja kritikan
orang lain itu seperti angin lalu. Ntar juga kalo udah capek ya bakal berhenti
sendiri tuh orang yang kritik. Hehe….,,
Daripada terjebak karena kita juga gak ngerti apa yang orang lain bicarakan,
maka akan lebih baik kalo kita tau dan mengerti apa yang orang lain bicarakan.
Gak enak juga kan kalo kita ngomong sama orang lain yang pintar tapi kita gak
ngerti apa yang dia bicarakan. Dewasa ini, banyak orang yang berbicara tentang
modernisasi dan globalisasi, tapi hanya sedikit diantaranya yang mampu
menjelaskan maknanya. Oleh karena itu, mari kita tinjau lebih dalam pengertian
dari kata “modernisasi” dan “globalisasi” ini.
No comments:
Post a Comment